Sejarah Perekonomian
Indonesia
Sistem ekonomi Indonesia bukan kapitalisme dan bukan pula
sosialisme.Kehidupan perekonomian atau sistem ekonomi di Indonesia tidak
terlepas dari prinsip – prinsip dasar dari pembentukan Republik Indonesia yang
tercantum dalam Pancasila dan UUD 1945. Sistem ekonomi Indonesia yang termasuk
sistem ekonomi campuran itu disesuaikan terutama dengan UUD 1945 sebelum di
amandemen tahun 2000 yakni sistem ekonomi Pancasila dan ekonomi yang
menitikberatkan pada koperasi terutama pada masa Orde lama sebelum tahun
1996 dan hingga kini masih berkembang.
Perbedaan antara sistem ekonomi kapitalisme
atau sistem ekonomi sosialisme dengan sistem ekonomi yang di anut oleh
Indonesia adalah pada kedua makna yang terkandung dalam keadilan sosial yang
merupakan sila ke lima Pancasila yakni prinsip pembagian pendapatan yang adil
dan prinsip demokrasi ekonomi. Kedua prinsip ini sebenarnya yang merupakan
pencerminan sistem ekonomi Pancasila, yang jelas – jelas menentang sistem
individualisme liberal atau free fight liberalism (sistem ekonomi kapitalisme
ekstrem) dan sistem ekonomi komando (sistem ekonomi sosialisme ekstrem).
A.Sistem Ekonomi Pada Masa
Pemerintahan Belanda
Sejarah ekonomi colonial Hindia Belanda dibagi
dalam tiga episode,yaitu Sistem merkantilisme ala VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie) tahun 1600 – 1800 yang penekanannya dilakukan pada peningkatan
ekspor dan pembatasan impor, Sistem monopoli negara Atau lebih dikenal dengan
sistem tanam paksa tahun 1830 – 1870, dan Sistem ekonomi kapitalis liberal
tahun 1870 - 1945. Sistem – sistem ekonomi colonial ini di satu sisi
meninggalkan kemelaratan dan kesusahan bagi rakyat Indonesia, namun di sisi
lain melahirkan budaya cocok tanam, sistem uang, dan budaya industri. Bahkan
sebenarnya, pemerintah Hindia Belanda telah menjadikan Indonesia menjadi salah
satu kekuatan ekonomi di Asia. Pada masa itu, Indonesia merupakan pengekspor
terbesar sejumlah komoditas primer khususnya gula, kopi, tembakau, teh, kina,
karet, dan minyak kelapa sawit.
Pada tahun 1930an seluruh
perkebunan Hindia Belanda mencapai luas hampir 3,8 juta hektar. Ekspornya
mencapai 1,6 milyar gulden pada akhir akhir 1920an. Bank – bank bermunculan dan
juga lahir lembaga perkreditan rakyat, yang pada mula pendiriannya di modali
oleh lumbung desa. Industri manufaktur diawali oleh pertumbuhan industri –
industi gula. Selain itu, industri – industri sabun, semen, keramik, logam
baja, es, rokok, dan mesin – mesin pabrik juga berkembang pesat, yang semua nya
berlokasi di Jawa.Infrastruktur untuk mendukung perekonomian juga berkembang
baik, seperti : pelabuhan – pelabuhan laut, jalan kereta api, dan jalan raya,
termasuk pembangunan Jalan Raya Pos sepanjang 1000 kilometer yang dimulai dari
Anyer hingga Panarukan. Namun, seperti yang telah dikatakan sebelumnya,
perkembangan ekonomi yang pesat tidak memberi peningkatan kesejahteraan bagi
rakyat.Karena rakyat Indonesia pada umumnya belum terlalu mengenal
perekonomian.
B.Sistem Ekonomi Pada Masa Orde Lama
Soekarno sebagai Bapak Proklamator
Kemerdekaan Indonesia sangat membenci dasar – dasar pemikiran Barat, termasuk
sistem ekonomi liberal atau kapitalisme. Soekarno menganggap sistem kapitalisme
dan liberalisme selama penjajahan
Belanda sangat dan telah benar – benar menyengsarakan rakyat Indonesia sehingga
aliran ini harus dibenci dan di usir jauh - jauh dari Indonesia. Menurut
Soekarno, untuk mengusir atau mengimbangi kekuatan ekonomi Barat berlandaskan
kapitalisme dan liberalisme, Indonesia harus menerapkan pemikiran dari
Marhaenisme yaitu Marxisme. Tetapi baru pada tahun 1959 paham kapitalisme dan liberalisme
secara konstituonal ditolak dengan diberlakukannya lagi UUD 1945 sebagai
landasan dan acuan dari sistem ekonomi nasional.Dalam praktiknya, Soekarno
menerapkan sistem ekonomi komando.
Ketidakstabilan politik di dalam
negeri yang membuat hancurnya perekonomian Indonesia pada masa Soekarno
diwarnai oleh perubahan kabinet sebanyak 8 kali pada masa demokrasi parlementer
pada perioe 1959 – 1965, yang di awali oleh kabinet Hatta (Desember 1949 –
September 1950), dan setelah itu berturut – turut kabinet Natsir (September
1950 – Maret 1951), kabinet Sukirman (April 1951 – Februari 1952), kabinet
Wilopo (April 1952 – Juni 1953), Kabinet Ali I (Agustus 1953 – Juli 1955), kabinet
Burhanuddin (Agustus 1955 – Maret 1956), kabinet Ali II (April 1956 – Maret 1957),
kabinet Djuanda (Maret 1957 – Agustus 1959).
Kebijakan ekonomi paling penting
yang dilakukan Kabinet Hatta adalah reformasi moneter melalui devaluasi mata
uang nasional yang pada saat itu masih gulden dan pemotongan uang sebesar 50%
atas semua uang kertas yang beredar pada masa Kabinet Natrsir (Kabinet pertama
dalam negara kesatuan Republik Indonesia), untuk pertama kalinya dirumuskan
suatu perencanaan pembangunan ekonomi. Pada massa Kabinet Sukirman, kebijakan –
kebijakan penting yang di ambil antara lain nasionalisasi De Javasche Bank
menjadi Bank Indonesia (BI) dan penghapusan sistem kurs berganda. Pada masa kabinet
wilopo, langkah – langkah konkret yang di ambil untuk memulihkan perekonomian
Indonesia saat itu di antaranya adalah untuk pertama kalinya memperkenalkan
konsep anggaran berimbang dalam anggaran pendapatan dan belana negara (APBN).
Pada masa Kabinet Ali I, hanya dua langkah konkret yang dilakukan dalam bidang
ekonomi, yakni pembatasan impor dan kebijakan uang kertas selama Kabinet
Burhanuddin.Tindakan – tindakan ekonomi penting yang dilakukan termasuk di
antaranya adalah liberalisasi impor. Berbeda dengan kabinet – kabinet
sebelumnya pada masa Kabinet Ali II, praktis tidak ada langkah – langkah yang
berarti untuk pembangunan eonomi di Indoneisa.Selain mencanangkan sebuah
rencana pembangunan baru dengan nama Rencana Lima Tahun 1956 – 1960. Kurang
aktifnya Kabinet ini dalam bidang ekonomi disebabkan oleh keadaan politik di
dalam negeri yang mulai goncang – gancing akibat munculnya tekanan – tekanan
dari masyarakat yang berasal dari daerah – daerah di luar Jawa yang selama ini
tidak merasa puas dengan hasil pembangunan di tanah air
Pada tahun 1957, Soekarno
mencanangkan “Ekonomi Terpimpin” yang lebih memperkuat lagi sistem ekonomi
komando.Tahun 1957 – 1958 terjadi nasionalisasi perusahaan – perusahaan
Belanda. Dengan pencanangan Ekonomi Terpimpin, sistem politik dan ekonomi
Indonesia semakin dekat dengan haluan atau pemikiran sosialis atau komunis.
Walaupun ideologi Indonesia adalah Pancasila, pengaruh ideologi komunis dari
negara bekas Uni Soviet dan Cina sangatlah kuat.Prinsip – prinsip
individualisme, persaingan bebas dan perusahaan swasta atau pribadi sangat
ditentang oleh pemerintah dan masyarakat pada umumnya,prinsip – prinsip
tersebut sering dikaitkan dengan pemikiran kapitalisme.Akhir tahun 1950an,sebelum
menasionalisasikan perusahaan – perusahaan Belanda, sumber utama penanaman
modal asing di Indonesia berasal dari Belanda yang sebagian besar untuk
kegiatan ekspor dari hasil – hasil perkebunan
dan pertambangan.
Pada tahun 1963, Soekarno menyampaikan konsep
ekonomi yang di kenal dengan sebutan Deklarasi Ekonomi, yang berisi semacam
tekat untuk menggunakan sistem ekonomi pasar, sebagai “koreksi” terhadap
praktik – praktik ekonomi komando.Akan tetapi tekat ini tidak dapat
dilaksanakan dengan matang karena tidak mendapat dukungan dari partai – partai politik
termasuk Partai Komunis Indonesia. Prinsip – prinsip Deklarasi Ekonomi akhirnya
dilupakan orang dan hingga berakhirnya orde lama, sistem ekonomi Indonesia yang
berlaku tetap sistem komando.
C.Sistem Ekonomi Pada Masa Orde Baru
Hingga Sekarang
Pada masa orde baru yang dimulai
tahun 1966, sistem ekonomi berubah total.Dalam era Soeharto ini paradigma
pembangunan ekonomi mengarah pada penerapan sistem ekonomi pasar bebas
(demokrasi ekonomi), dan politik ekonomi diarahkan pada upaya – upaya dan cara
– cara menggerakkan kembali roda ekonomi. Pemerintahan orde baru menjalin
hubungan baik dengan pihak Barat, dan menjauhi pengaruh ideologi komunis.
Indonesia juga kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) dan
lembaga – lembaga dunia lainnya.Dengan membaiknya kembali hubungan Indonesia
dengan kedua lembaga donor internasional tersebut, Indonesia mendapat pinjaman
untuk membiayai defisit anggaran belanja pemerintah, yang sumber dananya
berasal dari pinjaman bilateral dari sejumlah negara Barat, seperti Amerika
Serikat, Inggris, dan Belanda. Langkah – langkah drastis dari Soeharto tersebut
juga ditegaskan oleh Muhammad Sadli yang dikutip dari Atmanto dan Febriana
sebagai berikut : Begitu menjadi Presiden, Soeharto langsung menggebrakan tiga
kebijakan yang berbeda 180 derajat dengan Soekarno, yakni mengembalikan ekonomi
pasar, memperhatikan sektor ekonomi, dan merangkul Barat. Akhir
tahun 1960an, atas kerja sama dengan Bank Dunia, IMF, dan ADB (Bank Pembangunan
Asia) dibentuk suatu kelompok konsorsium yang disebut Inter Government Group on
Indonesia (IGGI), yang terdiri atas sejumlah negara maju, termasuk Jepang dan
Belanda, dengan tujuan membiayai pembangunan ekonomi di Indonesia. Boleh
dikatakan bahwa pada saat itu Indonesia sangat beruntung. Dalam waktu yang
relative pendek setelah melakukan perubahan sistem politiknya secara drastis dari
“pro” menjadi “anti’ komunis, Indonesia bisa mendapat bantuan dana dari pihak
Barat. Pada saat itu memang Indonesia merupakan satu – satu nya negara yang
sangat antikomunis yang dianggap oleh Barat telah berhasil mengalahkan
pemberontakan komunis dan sedang berusaha secara serius melakukan pembangunan
ekonomi nya. Pada saat itu belum ada krisis ULN dari kelompok NSB, seperti pada
tahun 1980an.
Pembangunan ekonomi diatur melalui
serangkaian Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) yang dimulai dengan
Repelita I (1969 – 1974), dengan penekanan utama pada pembangunan sektor
pertanian dan industri - industri yang
terkait seperti agroindustri. Sejak
tahun 80an perekonomian Indonesia mengalami suatu pergeseran kearah yang lebih
liberal dan terdesentralisasi berbarengan dengan berubahnya peran pemerintahan
pusat dari yang sebelumnya sebagai agen pembangunan ekonomi di samping agen
pembangunan sosial dan politik ke peran lebih sebagai fasilisator bagi pihak
swasta, terutama dari segi administrasi dan regulator, sedangkan peran swasta
meningkat pesat.
Hasil dari usaha – usaha
pemerintahan orde baru untuk menghidupkan kembali roda perekonomian nasional
dengan sistem ekonomi pasar dan didukung oleh kebijakan – kebijakan ekonomi di
segala sektor dengan tujuan dan target yang telah ditetapkan di dalam Repelita
cukup mengagumkan, terutama dilihat pada tingkat makro.Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi telah mampu meningkatkan posisi Indonesia dari satu negara termiskin di
dunia menjadi negara berpendapatan menengah.
Sistem ekonomi Indonesia cenderung
semakin kapitalis atau sistem ekonomi pasar semakin luas diterapkan sejak era
reformasi pada tahun 1988 hingga sekarang pada masa pemerintahan SBY. Ada dua dorongan utama yang membuat hal itu
terjadi. Pertama, karena desakan dari IMF sebagai konsekuensi dari bantuan keuangan
dari lembaga moneter dunia tersebut yan di terima oleh pemerintah Indonesia
untuk membiayai proses pemulihan akibat krisis ekonomi 1997 sampai 1988. Sudah
diketahui secara umum bahwa setiap negara menerima bantuan dari IMf harus
melakukan apa yang disebut “penyesuaian struktural” yang terdiri atas sejumlah
langkah yang harus ditempuh oleh negara – negara penerima bantuan yang menjurus
liberalisasi perekonomian mereka..
Bagaimana sampai munculnya sejarah
perekonomian Indonesia ? Banyak hal yang bisa dijelaskan disini . Tapi secara
singkat bisa dijelaskan bahwa semua ini karena rotasi atau perjalanan sebuah
bangsa menuju pembangunan dan kemajuan.
Negara lain sangat berpengaruh dan
mempunyai peranan penting dalam semua bidang yang ada dalam setiap negara.Sebuah
negara tidak akan bisa mencapai puncak kejayaan apabila tidak adanya bantuan
atau masukan berupa materil maupun moril dari negara lain.
Perubahan -perubahan ekonomi di Indonesia dimulai dari
masa penjajahan Belanda.Pada masa ini rakyat di Indonesia terlalu berpaku dan
sangat mentaati semua peraturan yang telah diterapkan oleh pihak – pihak
Belanda.Namun seiring dengan berjalannya waktu,masyarakat Indonesia pun mulai
berpikir dan bergerak menuju ke arah perekonomian yang baik dan sesuai dengan ciri
- ciri Indonesia tanpa mengikuti pengaruh negara lain.
Tahun demi tahun bergulir,seiring
perkembangan zaman akhirnya masyarakat Indonesia berhasil keluar dari tekanan
perekonomian yang dianut oleh Belanda.Mereka mampu membuat sistem ekonomi
sendiri menurut kepercayaan mereka yang pada saat itu dipimpin oleh Bapak
Soekarno.Mereka meninggalkan sistem ekonomi yang telah diterapkan oleh Belanda
dan menggantinya dengan sistem perekonomian mereka (sistem ekonomi komando)
itulah sistem ekonomi yang pertama kali diterapkan di Indonesia pada masa Bapak
Soekarno.
Setiap pemimpin di Indonesia
terkadang menerapkan sistem ekonomi yang berbeda yang diikuti dengan
perkembangan zaman,pengaruh dari negara lain dan ideologi masing – masing
pemimpin.Akan tetapi setiap pemimpin pasti menginginkan sebuah sistem ekonomi
yang dapat membuat suatu perkembangan ekonomi di Indonesia dalam berbagai
bidang.
Pembangunan Ekonomi
di Indonesia Permasalahan – Permasalahan yang terjadi setelah Paradigma
Begitu banyak masalah ekonomi yang
terjadi di Indonesia.Mulai dari masalah yang kecil hingga masalah yang
besar.Ekonomi sangat rekat dengan kehidupan kita.
Krisis adalah masalah ekonomi yang
terbesar,bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Luar Negeri.Krisis yang
terjadi di Indonesia terjadi sekitar tahun 1998 pada saat penurunan jabatan
Presiden Soeharto.Masyarakat Indonesia ingin Presiden Soeharto turun dari
jabatan nya,masyarakat melakukan aksi demo yang anarkis.Kekisruhan terjadi
dimana – mana.Mulai dari pembakaran yang dilakukan oleh kalangan
pihak,organisasi bahkan mahasiswa sampai tragedi pembunuhan.
Krisis ini diakibatkan karena banyak
nya utang Indonesia di Luar Negeri,menurun nya pendapatan negara.Ini membuat
masyarakat Indonesia meminta Presiden Soeharto untuk turun dari jabatan
nya.Selain masalah krisis,juga terjadi masalah kemiskinan.
Krisis tidak hanya pada saat
pemerintahan Presiden Soeharto,tetapi juga pada pemerintahan lain
nya.Permasalahan kemiskinan,kelaparan,kesehatan,kurang nya pendidikan dll.Semua
itu tidak bisa di hindari.Pemerintah telah banyak melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi masalah – masalah tersebut.Mulai dari menambah ekspor ke Luar
Negeri,membrikan pengobatan gratis,memberikan wajib sekolah 9 tahun gratis
dll.Tetapi itu semua belum bisa mengatasi permasalahan – permasalahan yang
terjadi di Indonesia.
Sistem Perencanaan Pembangunan Menuju
Indonesia Emas
W. W. ROSTOW
Teori ini pada mulanya merupakan artikel Rostow yang dimuat dalam
Economics Journal (Maret 1956) dan kemudian dikembangkannya lebih lanjut dalam
bukunya yang berjudul The Stages of Economic Growth (1960). Menurut
pengklasifikasian Todaro, teori Rostow ini dikelompokkan ke dalam model jenjang
linear (linear stages mode/).
Menurut Rostow, pembangunan ekonomi atau proses
transformasi suatu masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern merupakan
suatu proses yang multidimensional. Pembangunan ekonomi bukan hanya berarti
perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya
peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri saja,tetapi dalam semua sektor.
Tahap-Tahap
Linear Pertumbuhan Ekonomi Rostow
1) Masyakarat
Tradisional
Masyarakat yang fungsi produksinya terbatas yang ditandai dengan cara produksi
yang masih primitif (yang didasarkan
pada ilmu dan teknologi pra-Newton) dan cara hidup masyarakat yang masih sangat
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang kurang rasional, tetapi kebiasaan tersebut
telah turun temurun.Dalam sektor pertanian, struktur sosialnya bersifat
hirarkhis yaitu mobilitas vertikal anggota masyarakat dalam struktur sosial
kemungkinannya sangat kecil.
Sementara itu kegiatan politik dan pemerintah pada masa ini digambarkan
Rostow dengan adanya kenyataan bahwa walaupun kadang-kadang terdapat sentralisasi
dalam pemerintahan, tetapi pusat kekuasaan politik di daerah-daerah berada di
tangan para tuan tanah yang ada di daerah tersebut.
2) Tahap Prasyarat Tinggal Landas
Menurut
Rostow, pada tahap ini dan sesudahnya pertumbuhan ekonomi akan terjadi secara
otomatis.Rostow sangat menekankan perlunya perubahan¬perubahan yang
multidimensional, karena ia tidak yakin
kebenaran pandangan yang menyatakan bahwa pembangunan akan dapat dengan
mudah diciptakan hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan.Menurut Rostow
pertumbuhan ekonomi akan tercapai jika diikuti oleh perubahan-perubahan lain
dalam masyarakat.
Rostow juga
menekankan
kenaikan tingkat investasi hanya mungkin tercipta jika terjadi perubahan
dalam struktur ekonomi. Kemajuan di sektor pertanian, pertambangan, dan
prasarana harus terjadi bersama-sama dengan proses peningkatan investasi.
Menurut Rostow, kemajuan sektor pertanian mempunyai peranan penting
dalam masa peralihan sebelum mencapai tahap tinggal landas. Sementara itu
pembangunan prasarana, menurut Rostow, bisa menghabiskan sebagian besar dari
dana investasi.
3)
Tahap Tinggal Landas
Pada awal tahap ini terjadi perubahan yang
drastis dalam masyarakat seperti revolusi politik, terciptanya kemajuan yang
pesat dalam inovasi, atau berupa terbukanya pasar-pasar baru. Sebagai akibat
dari perubahan¬perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi
dan peningkatan investasi. Investasi yang semakin tinggi ini akan mempercepat
laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat pertumbuhan penduduk.
Dengan demikian tingkat pendapatan per kapita semakin besar.
Rostow
mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai tahap tinggal landas tidak satu
sektor ekonomi
yang baku untuk semua negara yang bisa menciptakan pembangunan ekonomi.
Oleh karena itu, suatu negara tertentu tidak bisa hanya sekadar mencontoh pola
perkembangan sektor pemimpin negara-negara lain.
4) Tahap
Menuju Kekedewasaan
Tahap menuju kedewasaan diartikan Rostow sebagai masa di mana masyarakat
sudah secara efektif menggunakan teknologi moderen pada hampir semua kegiatan
produksi. Pada tahap ini sektor-sektor pemimpin baru akan muncul menggantikan
sektor-sektor pemimpin lama yang akan mengalami kemunduran. Sektor-sektor
pemimpin baru ini coraknya ditentukan oleh perkembangan teknologi, kekayaan
alam.
Rostow menekankan analisisnya kepada corak perubahan sektor-sektor
pemimpin di beberapa negara yang sekarang sudah maju. la juga menunjukkan bahwa
di tiap-tiap negara tersebut jenis - jenis sektor
pemimpin pada tahap sesudah tinggal landas adalah berbeda dengan yang ada pada
tahap tinggal landas.
5) Tahap
Konsumsi Tinggi
Tahap konsumsi tinggi merupakan tahap terakhir dari teori pembangunan
ekonomi Rostow. Pada tahap ini perhatian masyarakat telah lebih menekankan pada
masalah-masalah yang berkaitan dengan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat
bukan lagi kepada masalah produksi.
Beberapa kritik yang muncul terhadap teori Rostow ini
antara lain berkaitan dengan adanya
tumpang tindih tahapan, periode jangka waktu tahap tinggal landas yang
meragukan, adanya masyarakat yang tidak melalui tahap tradisional.
Rencana Pembangunan Lima Tahun
Awal masa orde baru menerima beban
berat dari buruknya perekonomian orde lama. Tahun 1966-1968 merupakan tahun
untuk rehabilitasi ekonomi.Pemerintah orde baru berusaha keras untuk menurunkan
inflasi dan menstabilkan harga. Dengan dikendalikannya inflasi, stabilitas politik
tercapai dan berpengaruh terhadap bantuan luar negeri yang mulai terjamin
dengan adanya IGGI.Tahun 1969, Indonesia mulai membentuk rancangan pembangunan
yang disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA).
REPELITA I (1969-1974)
Mulai
berlaku sejak 1 April 1969.Tujuan yang ingin dicapai adalah ekonomi 5% per
tahun dengan sasaran yang diutamakan adalah pangan,sandang,perbaikan prasarana
terutama untuk menunjang pertanian dan akan diikuti oleh adanya perluasan
lapangan kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
REPELITA II (1974-1979)
Target
pertumbuhan ekonomi adalah 7,5% per tahun.Prioritas utamanya adalah sektor
pertanian yang merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan
merupakan dasar untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan merupakan
dasar tumbuhnya industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku.Dalam
REPELITA II juga diperkenalkan tujuan demografis Prograam KB Nasional
REPELITA III
(1979-1984)
Prioritas tetap pada pembangunan
ekonomi yang dititikberatkan pada sektor pertanian menuju swasembada
pangan,serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
REPELITA IV (1984-1989)
Adalah peningkatan REPELITA
III.Peningkatan usaha – usaha untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat,mendorong
pembagian pendapatan yang lebih adil dan merata,memperluas kesempatan
kerja.Prioritasnya untuk melanjutkan usaha memantapkan swasembada pangan dan
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin – mesin industri sendiri.
REPELITA V (1989-1994)
Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sector pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.
Menekankan bidang transportasi, komunikasi dan pendidikan.
Jika ditarik kesimpulan maka pembangunan ekonomi menurut REPELITA adalah mengacu pada sector pertanian menuju swasembada pangan yang diikuti pertumbuhan industri bertahap.