Perubahan
Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika
Topik: Translasi Mata
Uang Asing
Pembahasan
Nilai
tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu variabel ekonomi makro yang
sangat penting, karena pergerakan nilai kurs dapat mempengaruhi stabilitas
ekonomi. Nilai tukar mata uang atau kurs merupakan salah satu cara bagi suatu
negara untuk bisa bertransaksi dengan dunia luar karena dengan menggunakan
kurs, transaksi dengan luar negeri dapat berjalan dengan baik. Namun ada
kendala dalam kurs ini, bahwa tidak setiap nilai mata uang setiap Negara adalah
sama. Nilai mata uang ini dapat dipengaruhi oleh banyaknya permintaan dan
penawaran uang yang terjadi di pasar uang.
Menurut
Levi (1996:129) perbedaan nilai tukar mata uang suatu Negara (kurs) pada
prinsipnya ditentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran mata uang
tersebut. Kurs merupakan salah satu harga yang lebih penting dalam perekonomian
terbuka, karena ditentukan oleh adanya keseimbangan antara permintaan dan
penawaran yang terjadi di pasar, mengingat pengaruhnya yang besar bagi neraca
transaksi berjalan maupun bagi variabel-variabel makro lainnya. Menurut Sukirno
(2006:362) fluktuasi kurs memiliki dampak pada nilai perusahaan karena dapat
berpengaruh pada jumlah arus masuk kas yang diterima dari kegiatan ekspor
perusahaan atau dari anak perusahaan, yang mempengaruhi jumlah arus keluar kas
yang digunakan untuk membayar impor. Kurs nilai tukar suatu mata uang mengukur
nilai satu satuan mata uang terhadap mata uang lain, jika terdapat perubahan
pada kondisi ekonomi maka kurs mata uang dapat berubah cukup besar. Kurs dapat
dijadikan alat untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan nilai
mata uang yang stabil menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi
ekonomi yang relatif baik atau stabil.
Penguatan
nilai tukar mata uang tidak selalu memiliki dampak yang positif terhadap perusahaan,
sama seperti pelemahan nilai tukar yang beum tentu berdampak negatif pada
perushaan, sebab fluktuasi nilai tukar mata uang akan menyebabkan terjadinya
eksposur ekonomi dalam perdagangan bebas. Menurut Madura (2006:143) eksposur
ekonomi adalah tingkat dimana nilai sekarang arus kas perusahaan dipengaruhi
fluktuasi kurs, transaksi bisnis internasional yang memerlukan konversi mata
uang mencerminkan eksposur transaksi. Eksposur transaksi terjadi saat perkiraan
transaksi kas masa depan suatu perusahaan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs.
Indonesia
sebagai Negara yang sedang berkembang dengan perkenomian terbuka kecil,
memungkinkan penduduknya untuk memiliki akses secara penuh dalam perekonomian
dunia. Perekonomian terbuka yang
dilakukan suatu Negara tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor.
Indonesia sebagai Negara dengan perekonomian terbuka kecil telah mengalami
beberapa penggantian sistem kurs. Semenjak Agustus 1997 Indonesia merupakan
sistem kurs mengembang bebas dimana posisi nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing (USD) ditentukan oleh mekanisme pasar. Pergerakan nilai tukar mata
uang Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) semenjak pemberlakuan sistem
kurs mengambang bebas kurs mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yang mengakibatkan
jatuhnya nilai mata uang domestik secara tajam.
Pada
gambar 1 terlihat bahwa nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD)
dari tahun 1998-2012 mengalami fluktuasi. Nilai tukar Rpiah (IDR) semenjak
diberlakukannya sistem kurs mengambang bebas terus mengalami depresiasi hingga
mencapai nilai terendahnya pada bulan Juni 1998 yaitu sebesar Rp 14.900 per
Dollar Amerika (USD). Hal ini disebabkan pengaruh krisis moneter yang terjadi
padatahun 1997. Rupiah (IDR) mulai menguat sejak Januari 1999 seperti yang
ditunjukkan oleh turunnya pertumbuhan nilai tukar Rupiah (IDR). Pada tahun 2004
nilai tukar upiah terhadap USD yaitu Rp 9.311 /USD. Pada tahun 2005, akibat
dari melambungnya harga minyak dunia yang menembus level US$70/barrel
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta
asing. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US$ dan
berada kisaran Rp 9.200 sampai Rp 10.200 per US$. Pada tahun selanjutnya 2006
rupiah mengalami depresiasi yaitu Rp 9.447/USD, dan pada tahun 2007 rupiah
mengalami depresiasi yang cukup besar yaitu menjadi Rp 11.005/USD. Meskipun
pada tahun 2007 nilai tukar rupiah terhadap USD cukup besar namun karena
perekonomian yang berangsur membaik mampu menguatkan kembali nilai tukar, yaitu
sebesar Rp 9.446/USD, dan pada tahun-tahun selanjutnya hingga tahun 2012 nilai
tukar rupiah terhadap USD cenderung stabil yaitu dikisarkan Rp 9.084/USD hingga
Rp 9.664/USD.
Pergerakan
nilai tukar yang fluktuatif ini mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memegang
uang seperti tingkat suku bunga dan inflasi. Kondisi ini di dukung oleh laju
inflasi yang meningkat tajam dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan nasional. Suku bunga, inflasi dan nilai tukar sangat berhubungan
erat. Dengan merubah tingkat suku bunga, bank sentral suatu Negara bisa
mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi
akan menyebabkan permintaan uang negara meningkat. Namun, jika bank sentral
menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang
negara tersebut.
Perkembangan Sistem Nilai Tukar di
Indonesia
Dalam
sejarah perekonomian Indonesia sistem nilai tukar Indonesia intinya
dikelompokkan menjadi empat bagian. Sistem nilai tukar yang berlaku di
Indonesia pada saat ini yaitu:
1.
Sistem Nilai Tukar Bertingkat
Sistem ini dimulai sejak Oktober
1996 hingga Juli 1971. Penggunaan sistem ini dilakukan dalam rangka menghadapi
fluktuasi nilai rupiah serta untuk mempertahankan daya saing yang hilang karena
adanya inflasi dua digit selama periode tersebut.
2.
Sistem Nilai Tukar Tetap
Sistem yang berlaku mulai Agustus
1971 hingga Oktober 1978 ini mengaitkan secara langsung nilai tukar rupiah
dengan Dollar Amerika yaitu tarif US$ =
Rp 415.00 . Pemberlakuan sistem ini dilandasi oleh kuatnya posisi neraca
pembayaran pada kurun waktu 1971-1978. Neraca pembayaran tersebut kuat karena
sektor migas mempunyai peranan yang besar dalam penerimaan devisa ekspor yang
di dukung oleh peningkatan harga minya mentah.
3.
Sistem Nilai Tukar Mengambang Terkendali
Sistem ini berlaku sejak November
1978 sampai Agustus 1997. Pada masa ini nilai rupiah tidak lagi semata-mata
dikaitkan dengan Dollar Amerika Serikat, akan tetapi terhadap sekeranjang mata
uang asing. Pada periode ini telah terjadi tiga kali devaluasi yaitu pada bulan
November 1978, Maret 1983, dan September 1986. Setelah devaluasi tahun 1986,
nilai normal rupiah diperbolehkan terdepresiasi sebesar 3-5% per taun untuk
mempertahankan nilai tukar riil yang lebih baik. Pada sistem ini, nilai tukar
dibagi dalam tiga periode yaitu:
a) Managed Floating II (1987-1992)
b) Managed Floating dengan
Crawling Band Sistem (September
1992-Agustus 1997)
c) Sistem
Mengambang Bebas (Free Floating Exchange Rate System)
Keuntungan/Kerugian Pertukaran
Keuntungan/Kerugian
Transaski
Keuntungan/Kerugian Translasi
Tanggal
Tanggal
Tanggal Tanggal Tanggal
Transaksi Laporan Keuangan Penyelesaian Laporan Keuangan Laporan Keuangan
Awal Berikutnya
Transaksi
yang Belum Diselesaikan
Transaksi Yang Telah
Diselesaikan
Gambar 4.2 Tipe-Tipe Penyesuaian
Pertukaran
Kurs
yang berfluktuasi mengakibatkan munculnya dua isu utama dalam are akuntansi
translasi valuta asing:
1.
Kurs mana yang seharusnya digunakan
untuk mentranslasikan saldo valuta asing ke dalam valuta domestik?
2.
Bagaimana seharusnya keuntungan dan
kerugian translasi diperlakukan?
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai
Tukar Mata Uang
Kurs
keseimbangan nilai tukar akan berubah sepanjang waktu karena perubahan kurva
permintaan dan penawaran, berikut adalah faktor-faktornya:
1.
Tingkat Inflasi Relatif
Salah satu faktor yang menyebabkan
fluktuasi nilai tukar mata uang adalah tingkat inflasi relative. Tignkat
inflasi relatif adalah menurunnya suatu nilai mata uang. Perubahan pada tingkat
inflasi relatif dapat mempengaruhi aktifitas perdagangan internasional yang
akan mempengaruhi permintaan dan penawaran suatu mata uang dan karenanya
mempengaruhi kurs nilai tukar.
2.
Suku Bunga Relatif
Perubahan pada suku bunga relatif
mempengaruhi investasi pada sekuritas asing yang akan mepengaruhi kurs nilai
tukar. Selama periode tahun 1999-2000, suku bunga Eropa relatif rendah
dibandingkan dengan suku bunga AS. Perbedaan suku bunga ini membuat investor
Eropa terdorong untuk menginvestasikan uangnya pada sekuritas dalam Dollar.
Aktivitas ini menghasilkan sejumlah penawaran atas Euro pada pasar mata aung
asing dan memberikan tekanan yang menurunkan nilai Euro.
3.
Tingkat Pengendalian Relatif
Faktor ketiga yang mempengaruhi kurs
mata uang adalah tingkat pendapatan relatif. Karena pendapatan mempengaruhi
jumlah permintaan barang impor, maka pendapataan akan mempengaruhi kurs mata
uang. Perubahan tingkat pendapatan juga akan mempengaruhi kurs nilai tukar
secara tidak langsung melalui dampaknya pada suku bunga.
4.
Pengendalian Pemerintah
Pemerintah negara asing dapat
mempengaruhi kurs nilai tukar dengan berbagai cara yaitu:
a) Mengenakan
batasan atas perdagangan barang
b) Mengenakan
batasan atas perdagangan asing
c) Mencampuri
pasar mata uang asing dengan membeli atau menjual mata uang
d) Mempengaruhi
variabel makro seperti inflasi, suku bunga, dan tingkat pendapatan.
5.
Prediksi Pasar
Faktor selanjutnya adalah prediksi
pasar mengenai kurs mata uang di masa depan, seperti pasar keuangan lain, pasar
mata uamg asing juga bereaksi terhadap berita yang memiliki dampak di masa
depan. Berita adanya kemungkinan kenaikan inflasi AS menyebabkan pedagang mata
uang menjual Dollar sebagai antisipasi penurunan Dollar di masa depan. Tindakan
ini dengan seketika memberikan tekanan yang menurunkan nilai Dollar.
Daftar
Pustaka
1. Lestari, Etty Puji. 2008. Dampak Ketidakstabilan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Permintaan Uang M2
di Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2, Desember 2008, hal.
121-136 .
2. Triyono.
2008. Analisis Perubahan Kurs Rupiah
Terhadap Dollar Amerika. 2008. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol. 9, No. 2,
Desember 2008, hal. 156-167 .
3. Morasa,
Jenny dan Andre Kevin Roring. 2-14. Analisis
Penerapan PSAK NO,10 Tahun 2012 Terhadap Laporan Keuangan PT. Bank Central Asia
(BCA) Tbk. ISSN 2303-1174. Jurnal EMBA Vol.2 No.4 Desember 2014, Hal.
343-353 .
4. Mukhlis, Imam. 2011. Analisis Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar.Jurnal
of Indonesia Applied Economics. Vol 5 No.2 Oktober 2011, 172-182 .
5. Yeniwati
. Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap
Dollar Amerika.
6. Saifi,
Muhammad, Dio Putra Perdana dan Fransisca Yaningwati. 2014. Pengaruh Pelemahan Nilai Tukar Mata Uang
Lokal (IDR) Terhadap Nilai Ekspor. Jurnal Administrasi Bisnis Vol. 17 No. 2
Desember 2014.
7. Bangun
, Primsa. 2005. Mengukur dan
Mengantisipasi Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Asing. Jurnal Akuntansi
Vol. 5 No. 1 Januari 2005, 47-48.
8. Prawoto,
Hudi dan Amos Amoroso Avonti. 2004, Analisis
Pengaruh Nilai Tukar Rupiah/US$ dan Tingkat Suku Bunga BI Terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Akuntansi Bisnis, Vol. III No.
5 September 2014.
9. Anwary,
Ahmad Amiruddin. 2011. Prediksi Kurs
Rupiah Terhadap Dollar Amerika Menggunakan Metode Fuzzy Time Series.
10. Agustin,
Grisvia. 2009. Analisis Paritas Daya Beli
Pada Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Serikat Periode September
1997-Desember 2007 dengan Menggunakan Metode Error Corection Model.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus